https://prosiding.sthd-jateng.ac.id/index.php/psthd/issue/feedProsiding STHD Klaten Jawa Tengah2021-01-15T08:08:06+00:00LP2M Sekolah Tinggi Hindu Dhrama Klaten Jawa Tengahlppmsthdklaten@gmail.comOpen Journal Systems<p><strong>Prosiding STHD Jawa Tengah</strong> merupakan Prosiding yang diterbitkan dari hasil makalah<br />Seminar Nasional yang diselenggarakan oleh Sekolah Tinggi Hindu Dhrama Klaten Jawa Tengah.</p>https://prosiding.sthd-jateng.ac.id/index.php/psthd/article/view/16ETIKA GLOBAL BHAGAVAD-GĪTĀ DALAM PERSPEKTIF ETIKA HANS KUNG2021-01-06T13:52:15+00:00Puspo Renan Joyopusporenanjoyo@iahntp.ac.idIndonesia adalah negara yang memiliki kompleksitas kebudayaan, dan keragaman agama. Pada kenyataannya, keragaman agama tidak hanya menghadirkan keunikan dan kerjasama, tetapi juga konflik keagamaan yang lahir dari sikap eksklusifisme, radikalisme dan politik identitas. Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji dan mendeskripsikan gagasan non-kekerasan, solidaritas, toleransi dan kesetaraan yang ada di dalam Bhagavad-gītā. Analisa terhadap kajian ini menggunakan teori etika global dari pemikiran Hans Kung. Teori ini berkontribusi dalam melihat pentingnya nilai non-kekerasan, solidaritas, toleransi, dan kesetaraan dalam mewujudkan perdamaian agama-agama. Hasil dari kajian ini menunjukkan bahwa Bhagavad-gītā memiliki gagasan penting tentang moral non-kekerasan sebagai keutamaan dari pengetahuan, sifat mulia, wujud kesadaran dan pengendalian diri (tapa). Pada aspek solidaritas dan aktualisasi kebenaran, Bhagavad-gītā menawarkan nilai „Lokasamgraha‟ dan „dharma‟ sebagai basis moral dalam tindakan sosial. Berkaitan dengan dialektika toleransi dan kesetaraan, secara implisit, hal ini digambarkan dengan kemerdekaan dalam pilihan iman bagi setiap individu, dimana pada wilayah isoterik keragaman itu melebur dalam kualitas yang serupa, kemanunggalan. Pada akhirnya, hasil kajian ini diharapkan menjadi referensi dalam wacana perdamaian agama di Indonesia.2021-01-15T00:00:00+00:00Copyright (c) 2021 https://prosiding.sthd-jateng.ac.id/index.php/psthd/article/view/25IMPLEMENTASI AJARAN HINDU MEWUJUDKAN KOMITMEN BERNEGARA2021-01-14T09:16:55+00:00Sugimansugimansthd@gmail.comImplementasi nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Hindu mencakup semua hal yang berkaitan tentang menjalankan kehidupan baik secara individu, bermasyarakat maupun bernegara. Kewajiban bernegara yang baik dan patuh merupakan salah satu implementasi ajaran agama. Ada dua hal penting dan wajib dilaksanakan oleh umat Hindu di kehidupan ini, yaitu Dharma Agama dan Dharma Negara. Dharma Agama merupakan kewajiban umat Hindu untuk menjalakna dan mematuhi semua ajaran agama sedangkan Dharma Agama merupakan kewajiban umat Hindu untuk menjalakan dan mematuhi semua peraturan dan kebijakan pemerintah/ Negara. Dalam naskah ini, dijelaskan bagaimana ajaran Hindu memiliki pengaruh yang sangat kuat dalam membentuk komitmen bernegara yang tinggi pada setiap umat Hindu. Dari kitab Widya Upadesa sampai Catur Veda banyak sekali sloka dan mantra yang menwajibkan umat Hindu untuk mencintai bangsa dan Negara. Dengan memahami ajaran agama yang dalam maka setiap umat Hindu pasti memiliki komitmen bernegara yang kuat. Sehingga dengan adanya komitmen bernegara yang kuat, umat Hindu dapat membantu mempercepat tujuan dan pembangunan nasional. Kesimpulan dari tulisan ini adalah dengan implementasi ajaran agama Hindu yang baik pada kehidupan sehar-hari maka dapat menumbuhkan komitmen bernegara yang kuat yang berlandaskan ajaran veda.2021-01-15T00:00:00+00:00Copyright (c) 2020 https://prosiding.sthd-jateng.ac.id/index.php/psthd/article/view/27IMPLEMENTASI KIRTANAM UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SPIRITUAL DAN PENGETAHUAN KEAGAMAAN HINDU2021-01-15T05:04:27+00:00Ni Made Indrayanimadeindrayani87@gmail.comKondisi kegiatan pesantian yang terjadi di Desa Rama Gunawan belum efektif, hal tersebut disebabkan karena kurangnya minat dan pemahaman keagamaan masyarakat dalam upaya peningkatan spiritual. Untuk dapat meningkatkan pemahaman spiritual dan pengetahuan keagamaan Hindu, peneliti mengimplementasikan kegiatan Kirtanam pada kegiatan pesantian. Jenis Kirtanam yang disampaikan kepada masyarakat yaitu, Puja Ganesha, Puja Saraswati, Puja Siva, Puja Laksmi, Puja Durga dan Doa Khusus. Kegiatan penelitian dengan melaksanakan dua tahapan penyebaran angket. Peneliti menjadikan anggota pesantian sebagai Populasi. Dalam hal ini peneliti memilih sampel secara acak dari anggota pesantian sebanyak 12 orang sebagai sampel penelitian. Berdasarkan hasil penerapan Kirtanam dan analisis data terjadi peningkatan pemahaman spiritual sebesar 38,3%. Dimana rata-rata masyarakat sebelum melaksanakan kegiatan Kirtanam adalah 48,3%. Kemudian setelah dilaksanakan kegiatan Kirtanam, nilai meningkat 86,6%. Setelah kegiatan Kirtanam ini berlangsung pemahaman spiritual dan pengetahuan keagamaan Hindu menunjukan peningkatan secara kualitatif pada semua indikator pengamatan. Pada akhirnya pemahaman spiritual dan pengetahuan keagamaan Hindu masyarakat sangat meningkat. Hal ini karena ketertarikan masyarakat berlatih dengan menggunakan kegiatan Kirtanam dibandingkan dengan kegiatan latihan yang biasa meraka dapatkan sebelumnya. Hal demikian membuat masyarakat mampu memahami materi latihan yang diberikan oleh pelatih dan juga membuat masyarakat senang datang kepesantian untuk berlatih. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa, kegiatan pesantian dengan kirtanam efektif untuk meningkatkan pemahaman spiritual dan pemahaman keagamaan Hindu. Saran dari peneliti yaitu melalui kegiatan kirtanam ini dijadikan sebagai alternatif untuk lebih memahami pengetahuan keagamaan Hindu dalam upaya peningkatan spiritual, dengan cara melantunkan nama-nama suci Brahman sehingga anggota Pesantian dalam belajar tidak jenuh.2021-01-15T00:00:00+00:00Copyright (c) 2020 https://prosiding.sthd-jateng.ac.id/index.php/psthd/article/view/28IMPLEMENTASI PENDIDIKAN BERBASIS HINDU DALAM MEMBANGUN HARMONI DI ERA DISRUPSI SOSIAL2021-01-15T05:26:16+00:00I Wayan Rudiartaiwayanrudiarta@stahn-gdepudja.ac.idTulisan ini bertujuan untuk mengungkap konsep ajaran hindu dalam membangun kesadaran multikultural di era disrupsi sosial. Fenomena tersebut berkaitan dengan realitas bangsa Indonesia yang memiliki tingkat pluralitas sosial relatif tinggi. Berkenaan dengan itu perlu dilakukan pengelolaan terhadap pluralitas sosial tersebut dalam rangka mewujudkan kesadaran multikultur yang direpresentasikan oleh terbangunnya harmoni sosial. Penulisan artikel ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif dengan metode studi literatur/pustaka. Hasil kajian dalam tulisannya ini adalah bahwa membangun moderasi beragama di era disrupsi memiliki tantangan yang cukup serius, sehingga pendidikan, baik pendidikan agama maupun pendidikan keagamaan bisa dijadikan wahana untuk memberikan penanaman moderasi beragama sejak dini guna membangun peradaban yang multikultur. Konsep “the harmony of gamelan” menjadi konsep yang bisa dijadikan acuan dengan disertai penerapan konsep-konsep ajaran Hindu sebagaimana yang tertuang dalam kitab Sarasamuccaya, Bhagavad Gita, ajaran Tri Kaya Parisudha, Tri Hita Karana, dan Catur Paramita.2021-01-15T00:00:00+00:00Copyright (c) 2020 https://prosiding.sthd-jateng.ac.id/index.php/psthd/article/view/29KEARIFAN HUKUM LOKAL DALAM MENGANTISIPASI KEKERASAN ATAS NAMA AGAMA2021-01-15T05:32:25+00:00Ni Luh Gede Hadrianiluhgdehandriani@gmail.comAksi - aksi kekerasan yang mengatas namakan agama belakangan ini terus terjadi, sementara pelakunya bebas dari jeratan hukum. Ini menandakan bahwa ketidak berdayaan atau lemahnya Hukum Nasional (Hukum Modern) dalam mengatasi kekerasan atas nama agama tersebut. Dalam mengatisipasi merebaknya kekerasan atas nama agama perlu digagas, dikaji, dan dikembangkan, hukum yang hidup dan berkembang dalam masyarakat Indonesia. Hukum hendaknya dibangun sejalan dengan struktur sosial bangsa kita sendiri yaitu Kearifan Hukum Lokal, namun tetap mengakomudasi dinamika kehidupan sosial budayanya. Secara filosofis norma pertanggungjawaban hukum terdapat kesamaan antara Hukum lokal dengan nilai nilai yang dicita-citakan oleh hukum nasional yang berlandaskan Pancasila, yaitu terwujudnya nilai keadilan, kemanfaatan, kesejahtraan, dan kebahagian bagi seluruh Bangsa Indonesia.2020-11-12T00:00:00+00:00Copyright (c) 2020 https://prosiding.sthd-jateng.ac.id/index.php/psthd/article/view/30KEBHINEKAAN IMPLEMENTASI MODERASI BERAGAMA DI TENGAH KEBERAGAMAN INDONESIA2021-01-15T05:45:35+00:00I Nyoman Wartainyomanwartajogja@gamail.comI Nyoman Santiawaninyomansantiawan@gmail.comDalam keanekaragaman ini kita harus menyadari, bahwa manusia tidak bisa hidup sendirian. Sejatinya memerlukan kehadarian orang lain, rasa aman, toleransi hidup rukun, gotong royong, paras-paros, sarpanaya dan sebagainya. Kita harus bisa mewaratnya keanekaragaman ini sebagai anugrah dari Tuhan yang dinikmati bersama dijaga bersama serta hidup bersama sesuai dengan swadharma kita. Kalau ini salah mengelola akan menimbulkan berbagai kehancuran dan penderiataan. Bangsa Indonesia ibaratnya seperti pohon kering dimusim kemarau ditengah hutan, sedikit gesekan akan menimbulkan kebakaran hutan yang sulit untuk diatasi. Supaya ini tidak terjadi maka seluruh eleman harus mempunyai tanggung jawab yang sama menjaga keharmonisan, keutahan bangsa ini demi anak cucu kita. Dalam melihat kebhinekaan ini sesungguhnya berbagai keanekaragaman yang tidak bisa kita tampikkan dalam kehidupan, karena keanekaragaman tersebut justru merupakan perekat keniscayaan anugrah Tuhan. Coba kita melihat filosofi sebuah taman, taman tersebut ditata sedemikian rupa dengan berbagai jenis bereneka ragam bentuk dan warna yang memberikan nilai artistik dan estetika. Sehingga berbagai Kumbang, burung, kupu-kupu, lebah dan sebagainya datang mengisap sari dan menikmani keindahan , keasrian taman tersebut. Namun apa bila taman tersebut ditanami hanya dengan satu warna dan pohon yang sejenis saja, taman akan menjadi kurang menarik, membosenkan , berbagai kumbang, kupu-kupu dan dan lain sebagainya akan menjauh, maka lama kelamaan taman tersebut akan hancun. Kehidupan masyarakat sekarang tidak seimbang dengan tatanan nilai kemanusian. Bahkan sering diwarnai dengan pertengkaran, ketidak serasian, serta selisih pendapat mengakibatkan putus komunikasi sehingga menimbulkan ekses sampingan. Masyarakat sangat mudah disulut oleh berbagai isu yang tidak jelas, mudah dipropokasi oleh yang mempunyai berbagai kepentingan sesaat sampai mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan etika dan sebagainya demi kepentingan yang tidak jelas. Terkait dengan hal itulah kita dituntut untuk sungguh-sungguh melaksanakan moderasi yang dilandasi dengan ajaran agama pasti akan menjadi harmonis dan damai maka dapat kita simpulkan sebagai berikut: Nilia-nilai ajaran agama hendaknya selalu dikedepankan dalam mengatasi kemajuan zaman yang semakin mengglobal dan sikap ketidak pastian. Keharmonisan sangat kita dambakan dalam berbagai asfek kehidupan. Hidup saling menghargai berbagai perbedaan adalah cermin orang bijaksana dan ciri orang beragama sikap dan prilku adil dalam berbagai asfek adalah cermin kehidupan orang yang bijaksana. Memaksakan kehendak kepada orang lain bertopeng keagamaan pada hakekatnya belum memahami agama dengan sepenuhnya.2021-01-19T00:00:00+00:00Copyright (c) 2020 https://prosiding.sthd-jateng.ac.id/index.php/psthd/article/view/31KONSEP NILAI MODERASI DALAM KITAB SARASAMUSCAYA2021-01-15T06:01:22+00:00Farida Setyaningsih,faridasetyaningsih02@gmail.comDewi Ayu Wisnu Wardanifaridasetyaningsih02@gmail.comKonsep atau anggitan adalah abstrak, entitas mental yang bersifat universal yang menunjukan pada kategori/ kelas dari suatu entitas, kejadian atau hubungan. Konsep merupakan abstrak dari sebuah ide atau gambaran mental, yang dinyatakan dalam sebuah kata atau simbol. Konsep disebut sebagai bagian dari pengetahuan yang dibangun dari berbagai macam karakteristik. Dan mengapa konsep disebut abstrak? Karena mereka telah menghilangkan perbeaan dari segala sesuatu dalam ekstensi, memperlakukan seolah - olah mereka identik, dan universal dimana mereka dapat diterapkan secara merata pada setiap extensinya. Dalam beragama, semua sepakat bahwa kasih sayang, empati, rasa damai, menghormati, dan saling menghargai adalah sikap yang harus diterapkan dan dirasakan di tengah kehidupan bermasyarakat. Terlebih dalam kehidupan bermasyarakat yang penuh dengan keberagaman seperti beragamnya suku, budaya, dan keyakinan dalam beragama. Maraknya teknologi informasi yang semakin canggih mengakibatkan pengaruh gaya hidup dan pola pikir generasi milenial cenderung menirukan gaya hidup orang-orang barat yang sangat jauh berbeda dengan tradisi dan kehidupan yang ada di negara ini. Hampir setiap hari bahkan setiap saat, generasi milenial tidak lelah untuk selalu mencomot dan membagikan informasi atau konten-konten yang viral di media sosial yang salah satunya adalah tentang moderasi dalam beragama, tanpa memikirkan infromasi tersebut benar atau salah. Dalam kitab Sarasamuscaya ini banyak sekali mengandung nilai – nilai yang adiluhung, bermoral dan mengajarkan kebenaran, kejujuran, hidup rukun, saling toleransi, saling menyayangi , tenggang rasa, megutamakan kepentingan bersama dibandingkan kepentingan pribadi dan selalu menghargai dan menghormati perbedaaan. Hidup rukun tidak akan bermakna, jika tidak diimplementasikan dalam segala kehidupan, lebih-lebih hanya sebagai hiasan bibir dan guna mendapatkan simpati tidak akan bermanfaat, justru menimbulkan berbagai intriintrik yang mengarah ketidak rukunan. Siapapun tidak menginginkan hal itu dari sudut pandang apapun jelas tidak dibenarkan. Terkait dengan hal itulah kita dituntut untuk sungguh-sungguh mengimplementasikan nilai moderasi yang dilandasi dengan ajaran agama dalam kehidupan kita sehari – hari guna mencapai kesejahteraan lahir, batin kehidupan yang harmonis dengan berbagai perbedaan dan keragaaman di negara kita yaitu Nagara Indonesia.2021-01-15T00:00:00+00:00Copyright (c) 2020 https://prosiding.sthd-jateng.ac.id/index.php/psthd/article/view/32MERAJUT NILAI-NILAI KEMANUSIAN MELALUI MODERASI BERAGAMA2021-01-15T06:07:00+00:00I Ketut Angga Irawanketutanggairawan@stahdnj.ac.idAgama bertujuan untuk memberikan tuntunan hidup bagi umat manusia, namun saat ini banyak ajaran agama yang disalahgunakan untuk kepentingan memenuhi hawa nafsu dan tujuan politik. Akibatnya muncul konflik-konflik agama yang mengancam kesatuan bangsa. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peranan moderasi agama dalam merajut nilai-nilai kemanusiaan. Penelitian ini merupakan sebuah studi kepustakaan (library research) dengan mengkaji sumber-sumber data atau literatur seperti buku atau jurnal ilmiah yang terkait dengan merajut nilai-nilai kemanusian melalui moderasi beragama. Pengolahan data mengunakan metode deskriptif-analitis, yaitu model penelitian yang berupaya mendeskripsikan, mencatat, menganalisa dan menginterpretasikan kondisi-kondisi yang ada. Moderasi adalah jalan untuk mencari persamaan bukan menonjolkan perbedaan. Moderasi akan membangun sikap tidak mengurung diri tidak eksklusif atau tertutup melainkan sikap terbuka, dan mau beradaptasi. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk memastikan pengarusutamaan moderasi beragama. Masih diperlukan upaya lebih konkrit dan dukungan dari semua pihak untuk mencapai tujuan tersebut.2021-01-15T00:00:00+00:00Copyright (c) 2020 https://prosiding.sthd-jateng.ac.id/index.php/psthd/article/view/33MERETAS AJARAN BAGAWADGITA MENUJU KEHIDUPAN YANG HARMONI2021-01-15T06:17:52+00:00Sujaelantosujaelanto@gmail.comPutu Budiadnyasujaelanto@gmail.comDalam intern beragama terkadang cara pandang mereka terhadap agamanya ada yang inklusif dan ekslusif. Pengamalan ajaran agama yang ekstrim memicu ketegangan dimasyarakat yang dapat menimbulkan konflik internal. Agar dapat memujudkan keharmonisan dalam menjalankan ajaran agama, perlu memahami kitab suci tidak sebatas pada pengertian teks, tetapi juga memperhatikan isi dan konteks. Oleh karena itu moderasi beragama perlu diupayakan agar terwujud kehidupan beragama yang harmoni. Bagawadgita merupakan ringkasan percakapan Krisna dengan Arjuna yang tertuang dalam Mahabarata. Isi Bagawadgita merupakan rangkuman isi weda. Bagaimana Bagawadgita mengajarkan moderasi? Dalam artikel ini akan mengupas moderasi beragama dalam pandangan Hindu. Nilai-nilai moderasi dalamajaran Bagawadgita terdapat pada Bab II.29, Bab III.26, Bab IV. 11, Bab V.18, Bab VII.21, Bab XVI.1,2,3,4.2021-01-15T00:00:00+00:00Copyright (c) 2020 https://prosiding.sthd-jateng.ac.id/index.php/psthd/article/view/34PENERAPAN AJARAN TAT TWAM ASI MELALUI TRI DHARMA PERGURUAN TINGGI UNTUK MEWUJUDKAN TOLERANSI BERAGAMA2021-01-15T06:22:27+00:00Ni Made Mulianimade.muliani86@gmail.comKomang Trisnadewimade.muliani86@gmail.comTulisan ini bertujuan untuk menjabarkan penerapan ajaran Tat Twam Asi melalui Tri Dharma Perguruan Tinggi untuk mewujudkan Toleransi Beragama. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kepustakaan. Dosen melalui Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat mempunyai peluang untuk memperkenalkan ajaran Tat Twam Asi yang mengajarkan toleransi antara manusia tanpa membedakan keragaman suku, adat, ras maupun agama. Tat Twam Asi yang mempunyai makna dia adalah kamu, dan juga saya adalah kamu mengajarkan untuk menghormati dan tidak menyakiti orang lain karena pada dasarnya semua makhluk diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Dalam ajaran agama hindu diyakini bahwa semua makhluk memiliki atma yaitu roh yang menghidupkan makhluk dan merupakan percikan kecil dari Brahman/Tuhan Yang Maha Esa. Penerapan ajaran Tat Twam Asi melalui kegiatan pendidikan dapat dilakukan oleh dosen melalui pembelajaran yang bersifat objektif bukan subjektif. Melalui kegiatan penelitian, dosen dapat membuat tulisan terkait toleransi beragama. Sedangkan melalui kegiatan pengabdian masyarakat, dosen dapat membuat kegiatan yang menggunakan konsep ajaran Tat Twam Asi seperti kegiatan amal untuk seluruh umat beragama. Begitu luasnya jangkauan kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang dapat dilakukan dosen, niscaya ajaran Tat Twam Asi dapat dipakai sebagai pedoman berprilaku dalam kehidupan sehari-hari oleh lebih banyak pihak sehingga mampu menciptakan toleransi beragama. 2021-01-15T00:00:00+00:00Copyright (c) 2020 https://prosiding.sthd-jateng.ac.id/index.php/psthd/article/view/35PENGEMBANGAN NILAI NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM RANGKA PEMANTAPAN NILAI NILAI KEBANGSAAN2021-01-15T06:30:35+00:00I Ketut SudiarthaIketutsudiartha1@gmail.comRubi Supriyanto,Iketutsudiartha1@gmail.comTutik Endang SetiawatiIketutsudiartha1@gmail.comBangsa Indonesia tidak akan mungkin mengelak dari globalisasi, sebagai konsekuensi dari posisinya yang menyemesta itu dan konsekuensi zaman globalisasi. Yang bisa kita lakukan hanyalah meminimalisir dampak negatif globalisasi. Era globalisasi seperti sekarang ini akan berpengaruh terhadap segala bidang kehidupan, termasuk di dalamnya adalah bidang pendidikan dan kebudayaan. Masyarakat Indonesia yang majemuk memiliki keanekaragaman budaya. Keragaman (pluralitas) budaya itu merupakan kekayaan yang diperlukan kearifan dalam menjada kelestariannya. Globalisasi/modernisasi memiliki nilai positif dan negatif. Dari segi positif bahwa modernisasi dapat memberikan nilai tambah terutama dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Modernisasi dilain pihak memiliki akibat negatif, seperti konsumerisme, dekadensi moral, pergaulan bebas, memudarnya pertahanan nilai-nilai dan identitas bangsa. Besar kecilnya pengaruh tersebut sangat tergantung dari seberapa besar masyarakat memiliki daya tangkal terhadap adanya pengaruh yang datang dari luar. Dari hal tersebut diketahui bagaimana cara untuk mempertahankan nilai kearifan Lokal sebagai pemantapan Nilai Kebangsaan, nilai keraifan lokal yang masih dipertahankan adalah Bersih Desa, Kupatan ( Hari Raya idul Fitri), Panjat Pinang ( HUT RI), serta bangunan mahjid Demak dan Mahjid Kudus yang menunjukkan pemantapan nilai- nilai kebangsaan 2021-01-15T00:00:00+00:00Copyright (c) 2020 https://prosiding.sthd-jateng.ac.id/index.php/psthd/article/view/36POLA ASUH DALAM PENUMBUHKEMBANGAN KARAKTER TOLERANSI ANAK USIA DINI DILINGKUNGAN MINORITAS2021-01-15T06:39:08+00:00Ida Bagus Alit Arta Wigunagusarta.iahn@gmail.comKarakter toleransi penting untuk tumbuhkembang anak usia dini maka peneliti akan meneliti apakah benar penumbuhkembang karakter toleransi dilakukan oleh semua orang tua. Penelitian ini menggunakan jenis pendekatan penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pola asuh orang tua beragama Hindu dalam penumbuhkembangan karakter toleransi anak usia dini ditengah lingkungan mayoritas masyarakat beragama Islam. Ditemukan hasil penelitian tentang bentuk pola asuh orang tua dalam penumbuhkembangan karakter anak usia dini di Dusun Rendang Bajur. Bentuk pola asuh yang lebih dominan diterapkan oleh orang tua dalam penumbuhkembangan karakter anak usia dini adalah bentuk pola asuh demokratis, pola asuh permisif dan bentuk pola asuh otoriter. Pertama kognitif, mengisi otak, mengajari dari tidak tahu menjadi tahu dan pada tahap berikutnya dapat membudayakan akal pikiran. Kedua afektif, yang berkenaan dengan perasaan, simpati, empati, mencintai dan membenci. Ketiga psikomotorik,berkenaan dengan tindakan dan perbuatan. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan pola asuh orang tua untuk menumbuhkembangkan karakter toleransi anak usia dini seperti pada umumnya tanpa membedakan ras, suku maupun Agama. Dalam pola asuh untuk penumbuhkembangan karakter toleransi anak sejak dini seperti Tri Hita Karana dan Tat Tvam Asi. 2021-01-15T00:00:00+00:00Copyright (c) 2020 https://prosiding.sthd-jateng.ac.id/index.php/psthd/article/view/37PRAKTIK MODERASI HINDU DALAM TRI KERANGKA AGAMA HINDU DI BALI2021-01-15T06:47:54+00:00Ida Bagus Gede Candrawanibgcandrawan@gmail.comPraktik-praktik moderasi agama bagi umat Hindu sudah sejak dulu dilakukan melalui tradisi-tradisi penyatuan ideologi untuk membangun kerukunan bersama. Praktek moderasi Hindu yang dilakukan di Bali telah membangun sebuah tatan hidup baru yang mencerminkan Hindu Nusantara yang multikultur. Artikel ini menganalisis praktik-praktik moderasi beragama yang dilakukan secara turun temurun oleh umat Hindu serta perkembangannya dalam membangun spirit kebhinekaan di Indonesia. Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan studi pustaka, serta dianalisis secara kualitatif dengan pendekatan interpretasi kritis. Hasil analisis menunjukkan bahwa praktik-praktik moderasi Hindu sudah ada sejak zaman prasejarah yang hingga kini terpupuk secara baik melalui konsep kehidupan masyarakat berbeda agama ataupun sebuah cara pandang Hindu dalam melaksanakan ajaran Agamanya. 2021-01-15T00:00:00+00:00Copyright (c) 2020 https://prosiding.sthd-jateng.ac.id/index.php/psthd/article/view/38REALISASI TEORI SWOT DAN IT UMAT HINDU DALAM MENJAGA KEARIFAN BUDAYA LOKAL DI TENGAH PANDEMI2021-01-15T06:53:58+00:00Widhi Astuti,astutiwidi445@gmail.comTitin Sutartiastutiwidi445@gmail.comKebudayaan merupakan sebuah cakupan dimana semua hal memiliki keberagaman yang dimiliki bersama – sama dalam suatu masyarakat. Budaya merupakan pengakuan, informasi, penilaian, emosi, pendapat dan tindakan yang mengatur segala system dalam suatu kelompok masyarakat. Indonesia sangat luas dengan kondisi alam yang berbeda-beda oleh sebab itu masing-masing akan menyesuaikan diri dengan kondisi alamnya dengan menggunakan pikiran dan akal budinya. Hasil penyesuaian diri tersebut menghasilkan adat-istiadat atau budaya yang beraneka ragam selain itu bangsa Indonesia juga memiliki wilayah berupa tanah dan air yang sangat luas didalamnya mengandung kekayaan alam yang melimpah ruah sesuai kondisi daerah. Kenyataan pula sebetulnya bangsa Indonesia terdiri banyak suku bangsa yang mampu melahirkan kearifan budaya lokal yang bermacam macam sebagai hasil penyesuaian diri dengan lingkungan alam (natural environmen) dan lingkungan sosial (sosial invironmen). Bangsa Indonesia berjuang menjadi bangsa yang maju tetapi juga dapat menjaga kearifan budaya lokal ditengah berkecamuknya Pandemi Covid 19. Umat Hindu hendaknya terpanggil memanfaatkan analisis SWOT dan IPTEK dalam rangka berperan (berpartisipasi aktif) menjaga kelestarian kearifan budaya lokal yang adhi luhung ditengah pandemic. 2021-01-15T00:00:00+00:00Copyright (c) 2020 https://prosiding.sthd-jateng.ac.id/index.php/psthd/article/view/39REPRESENTASI KEDUDUKAN WANITA DALAM UPACARA PANGGIH PENGANTIN ADAT SURAKARTA SEBAGAI WUJUD REGENERASI BUDAYA JAWA2021-01-15T07:01:14+00:00Shinta Tyas Pratisthitashintasp11@gmail.comPenelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kedudukan wanita Jawa yang direpresentasikan dalam upacara panggih pengantin adat Surakarta sebagai upaya mewujudkan generasi baru yang berbudaya. Sesuai dengan tujuan penelitian, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualittatif dengan teknik analisis pustaka. Metode analisis pustaka yaitu menggunakan bukubuku, literatur ataupun bahan pustaka, kemudian mencatat atau mengutip pendapat para ahli yang ada di dalam buku tersebut. Secara praktis, metode yang digunakan dalam kajian ini dijabarkan dalam tiga metode sesuai dengan tahapan pelaksanaannya, yaitu: (1) metode pengumpulan data; (2) metode analisis data; dan (3) metode penyajian hasil analisis. Hasil dari penelitian ini adalah adanya representasi kedudukan wanita dalam prosesi panggih pengantin adat Surakarta dapat menjadi suatu upaya membentuk anak sebagai generasi baru yang berbudaya, sehingga anak sebagai generasi baru dapat mencintai dan melestarikan budaya sebagai bentuk ketahanan nasional. 2021-01-15T00:00:00+00:00Copyright (c) 2020 https://prosiding.sthd-jateng.ac.id/index.php/psthd/article/view/40TOLERANSI DALAM KEBERAGAMAN UMAT BERAGAMA DI BALI STUDI: TEMPAT IBADAH TERPADU PUJA MANDALA NUSA DUA2021-01-15T07:05:49+00:00I Wayan Mukawayanmuka@unhi.ac.idBali dikenal dengan julukan Pulau Seribu Pura, perlambang mayoritas penduduknya yang merupakan penganut Hindu. Di kawasan Puja Mandala merupakan sebuah tempat ibadah dari kepercayaan berbeda berdampingan dengan damai. Masyarakat Bali yang mayoritas beragama Hindu menghargai keberagaman dan toleransi antara umat beragama. Toleransi ini terlihat pada keberadaan kawasan Puja Mandala di Nusa Dua Bali. Penelitian ini dianalisis menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan kajian budaya serta dikaji menggunakan teori wawancara. Hasil penelitian menunjukkan Puja Mandala sebagai simbol membangun keindonesiaan yang harmonis dengan menghormati perbedaan, dengan menjunjung spirit kebhinekatunggalikaan, Puja Mandala juga menjadi daya tarik wisata yang memikat. Tempat ini kian ramai dikunjungi wisatawan asing dan domestik, baik yang berkunjung saja maupun yang sekaligus melakukan aktivitas keagamaan. Gagasan di balik pembangunan Puja Mandala sejauh ini sudah tercapai. Kawasan Puja Mandala menjadi model dan inspirasi terciptanya kerukunan serta kedamaian bagi generasi milenial yang rentan dengan sikap individualis. 2021-01-15T00:00:00+00:00Copyright (c) 2020 https://prosiding.sthd-jateng.ac.id/index.php/psthd/article/view/41TRADISI PERANG TOPAT SEBAGAI SARANA MEMPERERAT KERUKUNAN UMAT HINDU DAN ISLAM WAKTU TELU DI PURA LINGSAR2021-01-15T07:15:25+00:00Ida Bagus Benny Surya Adi PramanaPramanaidabagus585@gmail.comKeberadaan Pura Lingsar di Desa Lingsar, Provinsi Nusa Tenggara Barat telah mampu mempersatukan dua latar belakang agama etnis yang berbeda yaitu Islam Sasak Suku Wetu Telu (Waktu tiga) dan Suku Hindu Bali. Insiden telah terjadi sejak pemerintahan Raja Karangasem di Lombok Barat. Berdirinya Pura Lingsar adalah diperkirakan terjadi kurang lebih pada tahun 1615 Saka oleh AA Anglurah Ketut Karangasem yang berkuasa saat itu dan diperluas lagi oleh kakaknya yang bernama AA Anglurah Made Karangasem kira-kira sekitar tahun 1720. Pengaruh Raja Karangasem sudah bisa membangun toleransi bagi kedua suku tersebut, sehingga kedua suku tersebut selalu bersama-sama dalam melakukan ritual perang topat. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang tradisi perang topat di Pura lingsar, serta meningkatkan kesadaran masyarakat dalam memahami dan memahami toleransi antar umat beragama. Selain itu untuk memberikan ilmu apakah dinamisme toleransi terjadi atau tidak. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif model analisis etnografi baru dengan teknik pengumpulan data yang menggunakan observasi, wawancara etnografi, studi literatur,studi dokumentasi. Teknik analisis yang digunakan adalah domain analisis, analisis taksonomi, analisis komponen, dan analisis tema. Dari penelitian yang dilakukan di lapangan dalam memperoleh hasil keberadaan Pura Lingsar didirikan oleh A.A Ketut Karangasem yang mendapatkan wahyu dari Tuhan / Ida Sanghyang Widhi Wasa. berdiri Pura lingsar bertujuan untuk mempersatukan batiniah antara masyarakat Suku Sasak dengan masyarakat Hindu Bali. Untuk tahun berdirinya Pura Lingsar tidak bisa dipastikan karena tidak ada menyebutkan sumber tertulis. Tradisi Perang Ketopat yaitu integrasi, toleransi, dan religius. Sosio Agama dari Suku Sasak dengan Masyarakat Hindu memiliki keterkaitan sehingga terjadi komunikasi proses antara dua suku ini dan berdasarkan persepsi dari dua komunitas ini. Suku tersebut memiliki sikap idealis yang sangat tinggi dalam menjalankan tradisi Perang Topat 2021-01-15T00:00:00+00:00Copyright (c) 2020 https://prosiding.sthd-jateng.ac.id/index.php/psthd/article/view/42UPAYA MENJADIKAN PRAMBANAN SEBAGAI DESTINASI UNGGULAN MELALUI PENGEMBANGAN CULTURAL TOURISM DI KAWASAN CANDI PRAMBANAN2021-01-15T07:37:28+00:00I Wayan Suweta Darmasuwetadarma@gmail.comIndonesia memiliki kekayaan budaya yang sangat beragam, hal ini menjadi daya saing tinggi manakala berkompetisi dengan negara lainnya, karena budaya merupakan salah satu kekuatan diplomasi Indonesia dimata internasional. Salah satu kekayaan budaya yang dimiliki Indonesia dan merupakan salah satu warisan budaya terbesar adalah Candi Prambanan. Candi Prambanan merupakan Candi Hindu terbesar yang memiliki lansekap budaya dan spiritual tinggi. Tingkat kunjungan wisatawan ke Candi Prambanan setiap tahun selalu meningkat. Beragam atraksi baik kalam, budaya dan minat khusus dikemas dan disajikan bagi wisatawan yang dating ke Prambanan. Landscape Candi Prambanan merupakan daya tarik utama, di samping itu pagelaran sendratari Ramayana juga menjadi magnet utama kunjungan wisata ke Candi Prambanan. Pagelaran sendratari diselenggarakan di panggung terbuka dan panggung tertutup hampir setiap hari. Beragam kegiatan pameran dan festival juga dilakukan untuk menarik kunjungan wisata. Namun upaya menjadikan Prambanan sebagai pusat festival budaya belum ada, padahal potensi dan kekuatan utama Candi Prambanan terletak pada daya saing budaya dan keragaman potensi budaya yang dimiliki. Oleh karena itu melalui Prambanan Culture Festival diharapkan mampu menjadikan prambanan sebagai destinasi unggulan yang berbasis wisata budaya/cultural tourism. 2021-01-15T00:00:00+00:00Copyright (c) 2020 https://prosiding.sthd-jateng.ac.id/index.php/psthd/article/view/43UPAYA PENGUATAN SRADHA DAN BHAKTI UMAT HINDU DALAM MODERASI BERAGAMA2021-01-15T07:44:08+00:00SetyaningsihSetyaningsih.subawa@gmail.comBangsa Indonesia adalah bangsa yang plural dan multikultural, keberagaman di Indonesia menjadi sebuah anugerah dan kehendak Tuhan yang patut disyukuri karena dengan keragaman itulah seseorang dapat mengambil jalan tengah dalam segala hal, ketika satu pilihan yang tersedia tidak memungkinkan untuk dijalankan. Moderasi beragama adalah wacana keagamaan yang berkembang sejak beberapa tahun ke belakang hingga sekarang. Banyak yang terjebak ke dalam paham ekstremisme karena tidak mengetahui bahwa ada kebenaran lain yang masih dapat ditempuh. Indonesia dengan segala keragamannya yang meliputi etnis, suku, budaya, bahasa, dan agama menjadikannya sebagai negara yang paling kaya akan keragaman. Kita sadari juga bahwa meskipun kita sudah ada pada era kemerdekaan seperti saat ini, Bangsa Indonesia masih juga melakukan perjuangan dengan menghadapi musuh – musuh yang baru, tidak lagi penjajahan oleh bangsa lain tetapi musuh saat ini sangat dekat dengan diri kita, dan beresiko sangat mudah mengalahkan kita jika kita tidak kuat mengendalikan diri dan menguatkan sradha dan bhakti kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Seperti yang termuat dalam kekawin Ramayana I.4 ragadi musuh maparo ri hatya tongwanya, tan madoh ring awak. Jadi musuh terbesar, dihatilah tempatnya tiada jauh dari diri. Maka pintar – pintarlah dan kuatkanlah supaya kita tidak dikalahkan oleh musuh tersebut. Musuh yang dimaksud saat ini adalah budaya hidup konsumtif, gaya hidup hedonisme dimana orangorang berpacu pada ekonomi dan pemenuhan gaya hidup yang serba glamour semata. Musuh yang lain adalah bahaya penyalahgunaan narkoba; yang kita sadari akan sangat merusak fisik dan mental para anak negeri. Serta musuh yang lain adalah paham radikal yang ekstrim yang berusaha menghancurkan ideologi bangsa kita. 2021-01-15T00:00:00+00:00Copyright (c) 2020 https://prosiding.sthd-jateng.ac.id/index.php/psthd/article/view/44PENTINGNYA PENGUATAN WAWASAN KEBANGSAAN UNTUK MENJAGA KERUKUANAN ANTAR UMAT BERAGAMA2021-01-15T07:47:43+00:00I Putu Gelgelputugelgel@gmail.comDewasa ini kerukunan antar umat semakin memudar, kita diterpa erosi nasionalisme terutama erosi terhadap pilar-pilar negara seperti; Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika, NKRI, menurunnya rasa kebersamaan, terkikisnya rasa militansi dan jati diri bangsa, munculnya intoleransi sesama anak bangsa. Kondisi yang terjadi ini tidak dapat dibiarkan begitu saja, harus dicari jalan keluarnya. Salah satu solusi ditawarkan dalam tulisan ini adalah dengan menguatkan wawasan kebangsaan dalam menjaga kerukunan antar umat beragama. Melalui penguatan wawasan kebangsaan yang pluralistik, diharapkan bangkit dan tumbuhnya rasa saling hormat-menghormati sesama anak bangsa, rasa saling menghormati sesama umat beragama, tanpa membedakan gender, entik, budaya, adan keyakinan agamanya masing masing. Menjauhkan tindakan kekerasan untuk menyelesaiakan perbedaan pendapat, penolakan terhadap radikalisme, kekejaman dan ketidakadilan. 2021-01-15T00:00:00+00:00Copyright (c) 2020 https://prosiding.sthd-jateng.ac.id/index.php/psthd/article/view/45Tim Redaksi, Kata Pengantar, Daftar Isi2021-01-15T08:08:06+00:00Tim Redaksisthdjawatengah@gmail.comTim Redaksi, Kata Pengantar, Daftar Isi2021-01-15T00:00:00+00:00Copyright (c) 2020